Wellcome To Info Burung

what time

Diberdayakan oleh Blogger.
From

Rabu, 17 November 2010

Sejarah Burung Kenari

Perjalanan Panjang Burung Kenari
oleh: Kian Sing

1402 – 1496 Seperti yang kita ketahui bahwa pada abad ke-15, Jean de Bethencourt membawa burung kenari untuk pertama kali ke Spanyol dan kemudian ke Perancis, selama Penaklukan Kepulauan Kenari (Canary Islands) untuk Raja Carlos VII dari kerajaan Spanyol. Pada masa itu juga, Henry the Navigator tiba di Azores dan membawa burung kenari pertama ke Portugal dan kemungkinan ke Inggris.

Kerajaan adalah tempat favorit untuk memelihara kenari. Para pendeta di Spanyol juga mencari tambahan nafkah dengan mengembang biakkan, menjual dan mengekspor. Burung kenari yang dijual oleh para pendeta hanyalah yang berjenis jantan saja, sehingga membuat pengendalian penjualan dengan cara monopoli karena hanya mereka sajalah yang bisa mengembang biakkan, hal ini berlangsung bertahun-tahun.

1545 Menurut tulisan Conrad Von Gesner, pakar ilmu hewan moderen, burung kenari juga sudah ditemukan dan dipelihara di Inggris.
“Burung-burung kenari tersebut di sini, di Inggris, dinamakan sugar birds dan hanya orang kaya saja yang mampu memelihara …”

Pada waktu yang sama juga diinformasikan bahwa burung kenari dipelihara di Flanders. Menurut sejarawan, pada akhir abad ke-15 Spanyol menaklukkan Amerika dan kembali merebut Grenada dari tangan musuh. Putra dari Juana dan Felipe, Carlos I dari Spanyol dan Kaisar V dari Jerman mewarisi beberapa negara di Eropa, termasuk Flanders, Holland, Luxemburg dan Burgundy, dengan dalih adanya perdagangan dan hubungan darah antara daerah ini dan Spanyol.

1556 Dicatat oleh sejarah bahwa burung kenari pertama tiba di Amerika tetapi masih jarang ditemukan sampai dengan akhir abad ke-19.

1575 Selama pemerintahan Felipe II dari Spanyol (1575 – 1598) pengungsi yang taat beragama dari the Lower Country (Netherlands) tiba di kota Norwich di Inggris. Pengungsi ini membawa burung kenari yang kelak akan menjadi cikal bakal kenari jenis Norwich.

1585 Pada tahun ini diyakini bahwa burung kenari berwarna kuning pertama diberikan oleh Sir Walter Raleigh kepada Ratu Elizabeth I. Untuk menghargai peristiwa ini, Shakespeare menggubah soneta yang menceritakan bagaimana sang Ratu mengubah burung kenari menjadi emas.

1622 Sekitar abad ke-16, burung kenari telah dikembang biakkan di Itali, mereka mungkin mendapatkan burung betina dari perdagangan gelap atau kesalahan identifikasi jenis kelamin ketika mereka mengimpor dari Spanyol. The Leyend of the Island of Elba (1622), sebuah tulisan dari Giovanni Pietro de Olina yang menceritakan tentang sebuah kapal Spanyol berlayar menuju Lighorn yang dilanda badai dan harus berlabuh di pantai antara Pulau Elba dan Tuscany, terlihat ada sebuah muatan burung kenari yang dilepaskan dan kemudian hidup di pedalaman. Orang Italia dengan segera mengambil kesempatan dari kecelakaan tersebut, mengembang biakkan dan memperdagangkan produksinya. Pedagang burung membawa burung kenari sepanjang pegunungan Alpen sempai Tyrol di Jerman.

1667 Burung kenari berwarna Putih Dominan terlihat di Jerman.

1685 Huguenot melarikan diri dari Perancis ke Edinburgh di Inggris dan membawa burung kenarinya, yang kelak menjadi cikal bakal kenari jenis Lizard dan jenis yang telah punah sejak lama (1830), London Fancy.

1700 Kenari jenis Saxon terkenal di Jerman dan di negara sekitarnya, kenari ini adalah leluhur dari Colorbred Canary (burung kenari warna).

1709 Hervieux de Chanteloup menerbitkan bukunya, Nouveau Traité au Serins, yang di dalamnya terdapat daftar 29 variasi warna kenari, termasuk Lizard, Crested, mata merah, intensif dan lain sebagainya.

1713 Ada dokumen tertulis dan pernyataan adanya burung yang memiliki lagu seperti air, yang kelak menjadi cikal bakal dari burung kenari jenis Malinois atau Waterslager.

1750 Sekitar tahun ini di the Lower Country (Flanders), kenari jenis Old Holland dan kemudian Great Canary of Ghents terkenal karena ukurannya yang besar, sikap melengkung dan sedikit berbulu balik (Frill). Burung ini menjadi pendahulu kenari jenis bongkok dan frill.

1770 Kenari jenis Crested (mempunyai jambul di kepala) pertama kali terlihat, walau baru tahun 1800 kenari jenis Crested resmi diakui sebagai salah satu jenis kenari.

1800 Dari kota Nuremburg, Jerman, ribuan kenari jenis Saxon diekspor ke seluruh dunia. Penampilan pertama kali kenari jenis Belgian Hunchback (Belge Bossu) dan menjadi salah satu jenis kenari bulu balik pertama (Frill)

1850 Scotch Fancy pertama kali diakui sebagai salah satu jenis kenari.

1873 Pada Kejuaraan Nasional Inggris, terlihat Norwich pertama yang diberi pakan pewarna, dimiliki dan dikonteskan oleh Edward Bemrose yang saat itu memakai sejenis cabe sebagai pakan pewarna.

1880 Kenari jenis German Hartz Roller (Harzer Roller) tampil sempurna, milik Wilhem Trute dari St. Andreasburg di Pegunungan Hartz, Jerman.

1900 Warna Agate hasil mutasi muncul di burung kenari hasil ternakan Helder dari Leewarden, Holland.

1908 Kenari berwarna Putih Resesif pertama muncul di peternakan Nyonya Lee di Matinborough, Selandia Baru. Mutasi ini kemudian direproduksi di Inggris dan diresmikan pada tahun 1912.

Peternak Spanyol adalah orang pertama yang menyilangkan burung kenari dengan Red Siskin (Carduelis Cucullata).

1915 Peternak Jerman, Balser dari Fulda dan Dams dari Konigsburg menemukan bahwa dari hasil persilangan antara Siskin dengan kenari ada yang subur. Bruno Martern dari Prussia memproduksi kenari pertama dengan warna red factor pada tahun 1925.

1921 Adalah Hans Duncker (1881 – 1961), seorang guru dan ahli genetika paruh waktu, bersama dengan Karl Reicht yang bertanggung jawab atas tugas memproduksi kenari merah. Inisitif mereka, yang sebenarnya mengambil hampir seluruh kehidupannya, dihargai setingginya tetapi belumlah sempurna.

1930 Dari hasil produksi Duncker dan Reicht, Anthony K. Gill dan Charles Bennet mengambil alih misi. Bennet menemukan hubungan yang hilang, mensuplai karotin. Julius Henninger juga mengembang biakkan burung dengan warna yang diinginkan, secara genetika, dapat diperoleh dari pemberian pakan pewarna. Bukunya, Farben Kanarien, Maximillian, 1962 adalah petunjuk praktis untuk berternak kenari warna.

1934 Kenari berwarna Bronze pertama kali ditemukan, hasil persilangan kenari melanin dengan Siskin.

1944 – 1952 Gustave Smet dan Marcel Ciouta adalah pakar peternak kenari warna, tetapi belum menemukan intensitas yang diingankan dari warna merah. Pada tahun

1960an, Hoffman La Roche menciptakan sebuah produk untuk mengintensitaskan warna kuning telur untuk industri peternakan (Roxanthin Red-10). Produk ini akan digunakan pada tahun 1964 oleh para peternak kenari untuk mendapatkan pewarnaan yang diinginkan pada kenari merah.

1949 Warna mutasi Opal didapatkan dari sepasang Harzer Roller di peternakan Rosner di Furth, Jerman.

1950 Di antara burung kenari hasil ternakan P.J. Helder di Holland terlihat mutasi Rose dari sepasang kenari merah. Pada tahun 1960, Ivory muncul di peternakan Willi Robner di Jerman.

1959 Warna Pastel Melanin pertama terlihat dari sepasang kenari warna Red Isabel milik Brockmayer dari Netherlands.

1960 Warna Dimorphic (Mosaic) muncul di Italy, terlahir dari hasil persilangan kenari merah dengan Gloster.

1965 Mutasi warna Phaeo terlihat dari hasil peternakan Kuppens di Brussel, Belgia.

1966 Mutasi grey-wing terlihat di Italy.

1967 Mutasi warna Satinette terlihat di Argentina dari hasil peternakan Primitivo Calderón dan dua tahun kemudian ditemukan di Perancis.

1981 Mutasi warna Eumo muncul di peternakan Van Haaf di Holland.

1985 Mutasi warna Topaz ditemukan oleh peternak dan disempurnakan oleh Mario Ascheri, pada tahun 1993 akhirnya diakui oleh C.O.M. (Confédération Ornithologique Mondial/World Ornithological Confederation)

1986 Mutasi warna Onyx terlihat di Valencia, Spanyol di peternakan Beliver Bersaudara.

1994 Mutasi warna Cobalt terlihat di peternakan Karl Werner di Jerman.

Sumber : http://www.kicaumania.org

Read More......

Cucak Rawa

Ocehan Cocak Rawa-ku dalam Perawatan dan Lomba :

Ketika burung Muray saya mulai menurun dalam artian sudah tidak bisa tampil maksimal lagi dalam lomba-lomba, saya beralih ke burung cocak rawa yang saya dapatkan dari serang rekan kicau mania di Tegal melaui info dari Mr. Bejo seharga Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah. Menurut informasinya burung tersebut belum pernah ditampilkan dalam lomba-lomba burung berkicau baik lokal maupun tingkat Nasional.

Ketika burung Cocak Rawa sudah deal saya beli, mulailah saya merawatnya seperti burung lainnya yang pernah saya pelihara sebelumnya. Perawatan burung cocak Rawa ini memang lebih mudah dibandingkan burung-burung lain seperti Muray Batu, Anis Merah, Anis kembang, Kacer, dan sebagainya. Burung Cocak Rawa tersebut, cukup diberi makan buah pisang dan makanan voor dari berbagai jenis merk makanan. Cocak Rawa merupakan burung yang tidak mudah stress serta tahan mental terhadap perubahan cuaca atau iklim. Semua burung cocak rawa baik itu perempuan atau laki mengeluarkan ocehannya hanya saja yang membedakannya pada power suaranya. Burung Cocak Rawa yang bagus adalah yang mengeluarkan suara” palasan dan beropel” panjang, dan bila kita mendengakannya seperti ocehan burung yang saling bersautan dan menyambung panjang bagaikan suara gemericiknya air.

Selain itu ada tipe ocehan yang semi ropel dan ada juga cocak rawa yang ocehannya engkel. Dari tipe-tipe suara cocak rawa tersebut, yang menjadi perawatan saya adalah Cocak Rawa yang engkel tentunya sesuai dengan harga burung itu sendiri. Burung Cocak Rawa yang ocehannya ropel harganya memang relatif mahal, Cocak Rawa yang super harganya bisa mencapai diatas puluhan juta rupiah. Burung Cocak Rawa adalah burung yang tergolong pemakan buah-buahan dan serangga ini, kebanyakan di Indonesia berasal dari daratan Pulau Kalimantan.

Ok, cerita tentang jenis, tipe suara, serta harga burung Cocak Rawa tersebut diatas sekedar mengawali artikel “ Ocehan Cocak Rawa-ku dalam Perawatan dan Lomba “.
 
Dalam perawatan Cocak Rawa, saya sehari-hari dan rutin dalam merawat burung tersebut, seperti burung-burung peliharaan lainnya. Perawatan burung Cocak Rawa sangat mudah dengan diberi buah pisang yang mengkal ( maksudnya tidak terlalu matang/masak ) dan disediakan makanan poor pada wadahnya yang digantungkan di sangkarnya, dan sesekali diberi jangkrik. Tidak perlu diberi makanan kroto. Dalam hal mandi, saya selalu memandikannya ketika sehabis kerja kantor pada saat itu masih 6(enam) hari jam kerja, sehingga sekitar jam 13.30 WIB atau jam 14.00 WIB Cocak Rawa saya masukkan di sangkar mandi, sementara saya sambil menunggu si Cocak Rawa mandi sendiri sepuasnya, sangkar yang seharian digunakannya saya bersihkan dan saya semprot dengan air sampai bersih jangan sampai ada sisa kotoran atau sisa makanan yang tertinggal di dalamnya yang berakibat banyak semut masuk di dalam sangkar tersebut. Kemudian setelah sangkar bersih dan Cocak Rawa telah puas dalam menceburkan badannnya ketika mandi, Cocak Rawa dipindahkan ke sangkarnya dan dijemur. Dalam penjemuran dibutuhkan waktu terhadap Cocak Rawa tersebut secukupnya. Mengapa secukupnya?

Seperti yang pernah saya sajikan pada tulisan dalam artikel-artikel sebelumnya, bahwa kondisi dan karakter setiap burung sangatlah berbeda-beda meskipun burung itu sejenis. Lha .. pemberlakuan pada Cocak Rawa saya memerlukan waktu jemur sekitar kurang lebih 1 (satu) jam. Kemudian saya angin-anginkan atau dipindahkan di tempat yang agak teduh, dan diberi makan jangkrik yang masih kecil belum ada bulunya satu ekor. (Catatan : jangan sekali-kali setelah menjemur burung, sangkar terus ditutup kerudung). Hal ini berakibat fatal terhadap penampilan burung tersebut. Kemudian setelah kurang lebih setengah jam dalam kegiatan pendinginan suhu badan burung (diangin-anginkan) setelah dijemur, mulailah pengkerudungan sangkar bisa dilakukan.
Begitulah setiap hari rutin yang saya lakukan dengan merubah-rubah pola sampai ditemukan setelan yang pas untuk karakter Cocak Rawa tersebut.

Burung Cocak Rawa saya ini, tidak pernah saya latih atau ditandingkan dalam latihan dengan.rekan-rekan sesama mania burung ocehan. Dan memang sangat jarang ada latihan bersama untuk ocehan burung Cocak Rawa di Tegal. Cocak Rawa tersebut, di rumah saya isi suaranya dengan burung master yaitu burung cocak Jenggot. Cocak Jenggot disamping sebagai master burung namun juga berfungsi sebagai pemancing agar Cocak Rawa ikut berkicau, meskipun ocehannya enkel tapi aktif berkicau dan rapet ocehannya.

“ Cocak Rawa “ saya dalam Lomba :

Cocak Rawa saya dalam lomba Burung Berkicau “ Purwokerto All Star “ yang didukung oleh PBI Cabang Banyumas di Purwokerto / Banyumas, Burung Cocak Rawa yang saya juluki dengan nama “ Gagak Rimang “, setelah melihat penampilan yang aktif megeluarkan ocehannya dan speechnya rapet meskipun enkel ocehannya, ke enam yuri ketika itu tanggal 10 Oktober 2004 memberikan penilaian sebagai juara IV (Empat). 

Lain lagi dalam Lomba Burung Berkicau yang diselenggarakan oleh PBI Cabang Pekalongan yang Bekerja sama dengan PBI Cabang Tegal, Pemalang, Brebes dalam event “ Canting Cup “ tanggal 29 Agustus 2004 di Wisma Karesidenan Pekalongan, Jl. Diponegoro No. 1 Pekalongan. Cocak Rawa yang saya juluki “ Gagak Rimang “ oleh ke 6 (enam) dewan yuri setelah melihat penampilan dan ocehannya dinilai sebagai juara IV (Empat). dan seterusnya setiap lomba 4 (empat) kali dilombakan pada event –event lainnya, selalu mendapatkan juara yang sama. Sampai disitu batas kemampuan Cocak Rawa Saya.
Maz-Tanto82....silahkan buka di http://maztanto82cucakrawa.blogspot.com/

Read More......

Prestasi “ Muray Batu – saya “ semakin menurun

Prestasi “ Muray Batu – saya “ semakin menurun

Setelah memperoleh kejuaraan lomba burung “ TOPSONG Pekalongan Fiesta 2004 “. oleh Pelestarian Burung Indonesia ( PBI ) Cabang Pekalongan di Pekalongan, sebagai juara II, dua bulan setelah lomba tersebut, tepatnya tanggal 25 Juli 2004 dalam rangka “ koalisi Pantura “ yang diselenggarakan oleh Pelestarian Burung Indonesia ( PBI ) Cabang Tegal, di tempat Obyek Wisata Purwahamba Indah Tegal, Murai saya mendapatkan ....... juara X.

Selanjutnya, belum ada satu bulan Burung Murai Batu istirahat untuk memulihkan staminnya, saya ikutkan lagi lomba dalam rangka “ HUT KEMERDEKAAN RI KE – 59 “ pada tanggal 15 Agustus 2004 di Taman Pesiar Pantai Widuri Indah Pemalang, di even ini Murai saya ikutkan 2 kali yaitu kelas mega bintang dan kelas bintang dengan meraih kejuaraan antara lain dalam kelas Murai Batu Bintang mendapatkan...... juara V ( Lima ), dan pada kelas Murai Batu Mega Bintang mendapatkan kejuaraan ...... .Juara VIII ( Delapan ).
Setelah lomba terus menerus, yang seharusnya diperlukan untuk refres bagi murai, akhirnya prestasinya menurun. ( Catatan : sebaiknya burung diperlukan istirahat yang cukup agar kondisinya stabil. Jangan diikutkan lomba dalam jangka waktu relatif pendek bila staminanya turun). Kemudian setelah mengikuti lomba-lomba secara maraton , burung murai saya mulai melepaskan bulunya satu di bagian ekor. Lepasnya bulu merupakan suatu pertanda bahwa burung tersebut saatnya “ Mabung “. 

Mabung adalah proses pergantian bulu-bulu burung. Bulu yang sudah tua secara otomatis diremajakan secara alami. Peristiwa alami tersebut biasanya memerlukan waktu kurang lebih 4 sampai 5 bulan. Burung yang sedang mabung sebaiknya sangkarnya selalu dikerudung agar burung tersebut bisa istirahat total dan sesekali dibuka kerudungnya untuk jemur atau diangin-anginkan sebentar serta selalu dijaga kebersihan kandangnya. Pada saat burung mabung , pengisian suara dari burung master atau suara belalang dan ngeriknya jangkrik mudah di serap oleh burung tersebut dengan catatan volume suara master yang didekatkan jangan kencang2 / pelan2 saja. Suara yang terlalu keras bisa menggangu kondisi burung yang sedang mabung dan berakibat fatal burung jadi stres.

Pada saat murai mabung, kegiatan lomba untuk Murai Batu otomatis berhenti total kurang lebih 5 bulan itupun bulu yang tumbuh kembali masih muda. Meskipun setelah kurang lebih 4 atau 5 bulan burung tersebut sudah penuh tumbuh kembali, bagi penggemar burung atau pakar tentang burung ocehan menurutnya belum bisa di bawa untuk kontes. Burung yang habis menjalani mabung harus dipulihkan kembali staminanya (ya seperti manusia, habis sakit perlu memulihkan kondisinya seperti saat sebelum sakit dengan gerak badan atau senam yang berfungsi melatih otot atau urat-uratnya), Seperti itulah burung diperlakukan.

Setelah Murai batu saya selesai mabung, mulailah saya berusaha untuk memulihkan kondisinya dengan cara dijemur secara bertahap agar si Murai tidak kaget dengan suhu panasnya matahari. Mengapa bertahap....? karena saat dia mabung kondisi badannya lemah dan selalu dalam sangkar yang dikrudung. sehingga kurang mendapatkan sinar matahari.

Untuk memulihkan kondisi murai agar staminanya bagus sebaiknya dibuatkan kandang umbaran yang berukuran kurang lebih 200 cm x 75 cm x 90 cm. Karena saya tidak mempunyai tepat untuk kandang umbaran, pemulihan stamina murai tetap disangkar yang selalu digunakan sehariannya.

Hari demi hari , minggu demi minggu, dan bulan telah lewat ..... saatnya saya melatih burung murai tersebut dengan rekan-rekan yang mempunyai murai. Pada saat latihan tersebut kita bisa mengetahui dan melihat performen si murai sudah pulih atau belum. Latihan pertama Murai saya terlihat masih loyo meskipun sekali-kali mengeluarkan tembakannya namun power tidak kuat. Memang rasanya sulit mengembalikan kondisinya maklum saya masih pemula tentang burung ocehan. Rutinitas saya lakukan seperti sebelumnya dengan buat stelan lagi tentang pola makannya, mandinya, jemurnya, karena bisa kemungkinan berbeda dengan pola-pola sebelum mabung. Dua minggu lewat diadakan latihan lagi ya sedikit ada peningkatan tetap aja power belum kuat/pulih.

Setelah berbulan-bulan agak pulih dari mabungnya dan lama tidak pernah dilombakan serta rasa kangen saya dengan suasana lomba, rekan-rekan penggemar burung, Ortega Bird Club mendapat undangan dari PBI Purbalingga bahwa tanggal 27 Maret 2005 akan mengadakan lomba burung “ Braling Fiesta “ di lokasi Dolog Karangsentul, Purbalingga. ....disini rasa saya hendak megikuti lomba sangat besar. Disamping sebagai rekreasi karena lama tidak mengikuti lomba dan rasa berpartisipasi dengan harapan bahwa Murai akan jadi Juara. 

Setelah tiba saatnya rekan-rekan Ortega berangkat bersama. Saya membawa murai jagoan saya aja karena burung lainnya tidak siap untuk dilombakan. Saat itu Mas Bejo berkata : “Pak Pri, Murai Batunya jangan diikutkan lomba, burung itu masih baru bulunya....belum kuat.. nanti bisa mbrodol lagi dan bisa-bisa rusak selamanya / stres berkepanjangan”. Jawab saya : “mudah-mudahan tidak rusak mas”. Lagi-lagi saya sebagai pemula tetap aja nekat melombakan Murai Batu tersebut. Akhirnya apa yang dikatakan Mas Bejo benar-benar terbukti : “ Murai saya kecapaian / mulutnya menganga atau ngos-ngosan saat dilombakan. Hasil dari kejuaraan di Purbalingga hanya mendapatkan juara IX ( Sembilan ).

 Akhirnya “ Burung Murai Batu ” drop dan prestasinya menurun. Dari pengalaman tersebut, Bisa disimpulkan mengapa burung yang tadinya bisa memperoleh kejuaraan dalam lomba kok menjadi semakin turun prestasinya...????

1. Karena perawatan kurang baik.
2. Kurang jelinya perawat dalam karakter burung.
3. Burung jangan sering dilombakan dalam waktu pendek.
4. Pada saat mabung usahakan burung jangan sampai stres
5. Burung kurang diberi vitamin-vitamin.
6. Sebaiknya setelah burung mabung dimasukkan ke kandang umbaran.
7. Bulu masih muda setelah mabung, jangan dipaksakan untuk lomba.

Itulah sedikit cerita pengalaman saya dalam merawat dan dunia lomba burung “ Murai Batu”

Maaf sebelumnya bagi para penggemar burung atau pakar burung ocehan, bila ada kekeliruan pada artikel saya , mohon untuk dikoreksi.
Terimakasih. Maz-Tanto82....S ilahkan buka http://maztanto82muraykondisi.blogspot.com/

Read More......

Selasa, 16 November 2010

Muray Batu – ku di Medan Laga.

Muray Batu – ku di Medan Laga.

Setelah berjalannya waktu kurang lebih dua tahun sejak awal mulai menggemari burung ocehan dari burung ocehan yang tidak dikonsumsikan untuk lomba ( burung rumahan ) yang sekedar didengarkan dan dinikmati di rumah, burung-burung sebagai master untuk mengisi suara burung lomba dan burung ocehan lain sebagai burung lomba yang sementara kondisinya masih pada mabung (mbrodhol bulu).
Ketika itu , diantara burung-burung yang ada di rumah yang paling siap untuk dilombakan adalah Muray Batu yang sudah enam bulan saya rawat dan saya pelajari karakter burung muray tersebut. Untuk lebih mengenalnya, sedikit saya sajikan tentang tentang Murai Batu.

Murai batu (Copsychus malabaricus) merupakan burung kicau paling populer. Termasuk ke dalam family Turdidae. Tersebar di seluruh pulau Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan sebagian pulau Jawa. ( Sumber Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ).

Ciri morfologis

Memiliki tubuh hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badan berwarna merah cerah hingga jingga kusam. Terdapat sedikit semburat biru di bagian kepala. Ekor panjang ditegakkan dalam keadaan terkejut atau berkicau. Murai Batu dari Tanjung Redep, Kalimantan Timur menpunyai keunikan di bagian kepalanya yang bergaris putih memanjang ke belakang. Murai Kalimantan memiliki ekor lebih pendek dengan panjang sekitar 8-12 cm, sementara Murai Batu Sumatra 15-20 cm . Ciri khas lainnya adalah Murai Batu Kalimantan apabila berhadapan dengan jenisnya akan mengelembungkan bulu-bulu disekitar dadanya sambil berkicau.Badan berukuran 14-17 cm. ( Sumber Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ).

Ok kembali tentang murai peliharaan saya, kalau dilihat ciri – ciri morfologinya tergolong dalam jenis Murai Sumatera. Enam bulan murai batu saya mulai memperlihatkan performennya lincah, variasi lagu bagus, gacor dan mentalnya sangat baik. Ketika saya barusan datang dari kerja, Murai Batu di teras ngoceh dengan suara tekanan-tekanan...panjang. Kemudian saya keluar mendekatinya, .... ngocehnya tambah jadi... saya tepuk tangan lebih tambah jadi dengan menggerak-ngerakkan ekornya.

Setelah melihat gerakan dan mendengar ocehannya, badan dan pikiran yang tadinya rasa capai selepas kerja berubah menjadi semangat. Muncul rasa optimis dalam hati saya saat itu bahwa Murai Batu ini akan menjadi jawara. Mulailah saya menurunkan sangkar dari gantangan di teras dan memasukkannya si burung Murai Batu ke dalam sangkar lain berisi bak air untuk mandi burung yang telah saya persiapkan sebelumnya.

Setelah murai batu masuk ke dalam bak mandi, sangkar harus dibersihkan dari kotorannya. (Membersihan sangkar , memandikan burung, jemur, dilakukan setiap hari) kegiatan tersebut berlaku untuk semua burung lomba. Murai dibiarkan mandi sepuasnya di dalam bak sangkar mandi sambil menunggu keringnya sangkar yang habis dicuci dan dibersihkan. Setelah murai batu sekiranya puas menceburkan badannya di air / mandi, saya pindahkan murai batu ke sangkar kemudian di jemur sambil diberi makanan jangkrik satu jangkrik yang telah dibuang kaki belakangnya, hal ini menghindari luka tenggorokan yang disebabkan kaki jangkrik yang bergerigi.

Begitulah rutinitas saya setiap hari sepulang kantor , memperlakukan semua burung ocehan yang saya rawat. Perhatian khusus saya terhadap semua burung adalah Murai Batu. Karena murai saya saat itu kondisi / staminanya bagus sekali sehingga saya persiapkan bener2 untuk lomba. 

Ketika ada latihan bersama dengan para penggemar burung, Murai saya paling bagus. ( Catatan : sejak saya membeli Murai tersebut, enam bulan lamanya murai tersebut tidak pernah ketemu lawan sejenisnya). Hal ini menunjukkan stelan makan, mandi dan jemur sadah pas. Tinggal di jaga staminanya dengan diberikan vitamin untuk burung. Inipun juga dengan takaran artinya filing kita masing-masing terhadap karakter burung itu sendiri. ( Meskipun burung itu sejenis, namun karakternya bisa berbeda. Sehingga memperlakunya juga berbeda tidak bisa disamakan). Itulah seninya.....!!!!.

Ketika hari H tiba, saya bersama rekan2 sesama burung berangkat ke Pekalongan tepatnya di Lapangan Bligo dalam rangka Pekalongan Berkicau 2004 oleh Batik Paksi BC. Ketika tiba di tempat lomba burung murai saya cek kerudung sangkar dibuka untuk memberikan kesempatan mendapatkan angin si Murai setelah melakukan perjalanan. Disamping itu si Murai biar mengenal medan kemudian kerudung di pasang lagi. Haal ini dilakukan untuk ketenangan si Murai.

Ketika tiba saatnya lomba murai di mulai, Murai saya gantangkan. Benar-benar dahsyat si “ Zigma “ (julukan nama murai saya). Prima penampilan dan suara ocehannya rapet disertai tembakan, suara tembus dan bervariasi lagunya. Akhirnya ketat dan seru sampai-sampai rekan2 dari Tegal berteriak kepada yuri agar memperhatikan penampilan dan ocehan si Zigma. Ketika selesai, ke enam orang yuri memberikan nilai terhadap si “ Zigma “ muray saya sebagai Juara IV, Alhamdulillah ............. ( Penampilan pertama kali dalam lomba dalam kelas Muray Batu Mega Bintang).
Ketika selesai penilaian, Si Zigma saya istirahatkan dan saya mandikan di lokasi lomba dan di jemur. Lagi-lagi saya sebagai pemula merasa penasaran dan heran penampilan yang dahsyat kaya begitu kok juara IV ??? sambil saya mengkrudung si Zigma setelah kering sehabis di jemur. Setelah lima episode lomba burung jenis-jenis yang lain selesai, saat itu pula dilombakan lagi Murai Batu Kelas Bintang. Saking penasarannya saya, Si “ Zigma “ saya ikutkan lagi lomba dalam kelas Bintang. Sebenarnya saat itu sudah diingatkan oleh Mas Bejo, ....dia berkata : Pak Pri.... ampun di lomba aken maleh...ngesakaken.. sampun kesel murai menika, mending mangke dieloke bulan depan. (maksudnya : Pak Pri..jangan dilombakan lagi kasihan...sudah capai Murai bapak,... mendingan nanti diikutkan lagi bulan depan). 

Saking penasaarnnya, saya sebagai pemula tetap aja daftar lagi lomba berikutnya. Terus saya gantang, ternyata benar kata mas Bejo, setelah lomba berjalan Murai saya kondisinya menurun powernya tidak keluar... akhirnya hanya mendapatkan juara ke IX..... ( sebagai catatan disini yang perlu di ingat adalah kita harus bisa mengendalikan nafsu ambisi dan penasaran dengan mempertimbangkan kondisi burung itu sendiri. Disinilah saya sebagai pemula tidak jeli melihat kondisi burung). Betul...betul Mas Bejo yang sudah berpengalaman.

Setelah lomba selesai semuanya, saya beserta rekan2 Tegal balik dengan membawa kepuasan dan kekecewaan ... karena ada yang tidak membawa kejuaraan. Namun lucunya bila ada rekan yang tanya, bagaimana burungnya ? jawabannya : menang...menangis. Dsitulah seninya bermain burung ocehan. Dengan membawa hadiah kejuaraan juara IV dan IX, rasanya lega.

Mulailah saya meningkatkan perawatan saya terhadap Muray Batu dengan memberikan air mineral dan bervitamin yang saya beli di kiosnya Mas Bejo. Penasaran saya semakin meningkat untuk menjadikan Murai saya sebagai Jawara. Sebulan lamanya setelah lomba yang kemarin, akhirnya tiba saatnya lomba berikutnya pada tanggal 27 juni 2004 yang diadakan oleh Pelestarian Burung Indonesia ( PBI ) Cabang Pekalongan yaitu “ TOPSONG Pekalongan Fiesta 2004 “. Persiapan saya waktu itu sangat matang dengan memperhatikan kondisi Muray yang saya lombakan dan lebih mengenal karakternya dengan takaran pemberian jangkrik 2 : 3 : 1 artinya pagi 2 jangkrik , siang 3 jangkrik, sore 1 jangkrik dan kroto secukupnya.

Hari H , tepatnya Hari Minggu saatnya lomba. Pagi-pagi dengan rekan-rekan Ortega Bird Club berangkat ke Pekalongan. Setibanya di tempat lomba ternyata pesertanya yang datang dari berbagai daerah di Jawa ( Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat ). Disinilah saya merasakan dag.. dig.. dug hati saya.

Seperti biasanya setiap sampai di tempat selalu kontrol keberadaan burung yang diikiutkan lomba. Episode...demi episode....lomba burung telah lewat. Biasanya diawali dari lomba Cocak rowo, Anis Merah, dsb. Saatnya Murai Batu kelas Bintang digantangkan.......diiven inilah Si “ Zigma ” nama Muray batu saya beraksi dapat lokasi gantangan di paling pinggir (umumnya para pelomba pesan nomor agar bisa dapat lokasi gantangan di tengah).

Tapi bagi saya sebagai pemula, biarlah dapat pingggir...... mulailah yuri masuk lapangan para pegantang burung keluar lapangan. Disinilah saya bisa menyaksikan Si “ Zigma “ beraksi mengeluarkan semua variasi lagunya dan suara tembakan/tekanan dengan menggerak-gerakan ekor dan badannya. Lagi-lagi para sporter dari Tegal berteriaaaak......... pak yuri lihat nomor 13... jangan ditengah teruuuus!!!... bener-bener prima penampilannya ... ditepuki tangan semakin jadi....dahsyat ...... memang dahsyat.... speednya rapet. Akhirnya Si “ Zigma “ masuk juara II. Alhamdulillah.... saat itu spontan saya melompat riang.
Maz – Tanto82 ........ silahkan buka Template klasik http://maztanto82muraybatuku.blogspot.com/

Read More......

Kegagalan saya dalam bermain Wambi

Kegagalan saya dalam bermain Wambi

Setelah sukses dalam “ Grand Koalisi 2003 “ Anniversary Himki ke – 3, dalam kontes lomba burung di Taman Wisata Purwahamba Indah. Yang akhirnya “ Traiper “ sebutan nama Cucak Ijo yang mendapatkan juara V, yang telah saya tulis pada bab sebelumnya dengan judul “Cucak Ijo - Ku Jadi Kenangan” pada situs blog saya http://maztanto82cucakijo.blogspot.com .

Menjadikan tambah semangatnya dalam memelihara dan merawat burung tersebut. Selanjutnya rasa ingin saya menambah jenis lain yang didapatkan dari lagi-lagi “ Mas Bejo “ di kiosnya Pasar Burung Kota Tegal. Saya lihat burung-burung yang digantangkan di depan kiosnya, akhirnya saya tertarik pada seekor burung “ Wambi “ sebutan dari para penggemar burung berkicau Tegal. Burung Wambi merupakan burung import asalnya dari hongkong yang dikenal dengan nama : “ Hwa Mey “. Akhirnya dengan uang Rp. 350.000.- burung Wambi... (sebut aja begitu biar gampang ) saya dapatkan Sehingga pemeliharaan burung saya semakin bertambah ( ada Cucak Ijo, Robin, Jalak, Cendhet dan Wambi ).

Hari- hari saya semakin disibukkan dengan merawat burung ocehan tersebut sehabis pulang kantor, yang mana pada saat itu masih 6 ( enam ) hari kerja sehingga masih ada waktu untuk memandikannya, menjemur serta membersihkan sangkar-sangkar burung tersebut. Disitulah seni memelihara, kesabaran dan keuletan kita diuji, .......bagaimana tidak ? karena burung ocehan bila di biarkankan saja hanya sekedar memberi makanan, tidak akan bisa gacor. apalagi burung tersebut disiapkan untuk lomba. Memang mengkorbankan waktu yang seharusnya untuk istirahat, digunakan untuk merawat burung. Sekarang bertambah satu burung lagi yang rencana disiapkan sebagai jagoan di medan laga.

Pelik dan agak rumit dalam merawat burung Wambi memerlukan perhatian tersendiri untuk mempelajari karakternya. Lagi-lagi sebagai pemula saya merasa tidak tau banyak tentang perawatan Wambi . Wambi mudah sekali stres bila diberlakukan tidak pas dalam perawatannya ( misalnya wambi sebaiknya lebih banyak dikerudung ) meskipun burung – burung kicau lainnya juga perlu dikerudung sangkarnya. Beda dengan Cucak Ijo atau Cendhet yang harus banyak di jemur namun wambi memerlukan jemur yang relatif lebih pendek waktu jemurnya. .. Logika saya berkata mungkin karena wambi asal muasalnya dari daerah beriklim dingin di dataran Tiongkok. Sebulan, dua bulan, tiga bulan .........berjalan, Wambi saya semakin gacor / bocor ocehannya dan banyak variasi lagunya dan terdengar nyaring ... ada suara tembakan-tembakannya ( istilah para penggemar burung ).


Sulit sangat sulit bagi saya menyiapkan Wambi dalam keadaan stamina yang siap untuk dilombakan. Suatu saat saya bawa untuk latihan dengan sesama penggemar burung ocehan di jalan Poso kota Tegal, Wambi saya termasuk lumayan ada lagunya namun mental belum siap untuk dilombakan dalam even yang besar. Selama 4 bulan saat itu belum menemukan karakter si Wambi meskipun saya berusaha mencari mencoba dengan segala cara.

Memang si Wambi saya kalau di rumah sangat bocor ocehannya bahkan ada rekan sesama penggemar burung naksir Wambi saya karena saking bocor dan variasi lagunya bagus , speednya rapet, tembus suaranya. Tapi bila di bawa ke latihan penampilannya seperti minder (kalah pamor dengan lawannya). Dalam pikiran saya mengapa ...ya?

Tapi rasa optimis saya tetap ada. Ketika ada lomba di lokasi Taman Wisata Pantai Alam Indah kota Tegal yang diikuti dari beberapa daerah Lumayan bergengsi/ tidak lokal-an Wambi saya lombakan. Ternyata apa yang saya lihat....Wambi saya takut turun naik dari .... kata Mas Bejo wah kayaknya mbujung pak pri...mudah2an aja nggak stres. Memang Wambi kalau sudah stres sulit dan lama sembuhnya. Akhirnya sampai rumah Wambi saya masukkan ke bak mandi ( tempat khusus untuk memandikan burung ) untuk mengurangi stress. Hari esoknya Wambi tetap aja bocor bunyi terus.

Saya sampai-sampai heran....mengapa????? kata rekan-rekan Wambi jantan biar bisa tampil itu harus didampingi dengan wadonan ( Wambi Betina ). Pantesan pada saat lomba akan dimulai banyak orang2 pada ndekatkan wambi wadonan dengan wambi jagoannya... pikir saya sebagai pemula. Setelah itu saya minta tolong ke Mas Bejo untuk mencarikan wambi wadonan. 

Karena saya sebagai pemula, saya percaya dan terus cari wambi perempuan, saya dapatkan wambi perempuan dicarikan “ Mas Bejo” , dengan harga Rp.150.000,- saat itu. Dalam mencari wambi perempuan itupun sulit karena wambi semakin langka. Setelah didapatkannya, Wambi jagoan saya ada perubahan lebih semangat seperti manusia percaya dirinya ada. Lagi-lagi setiap saya lombakan ngoceh aja tidak malah lompat-lomapat seperti ketakutan.

Padahal bila ada di rumah bunyi terus jarang berhenti. ( Katanya jagoan kandang ). Disitulah saya merasakan gagal dalam bermain Wambi.

Wambi tetap aja saya rawat dan pelihara namun tdak saya lombakan. Lama-kelamaan selama satu setengah tahun, jenuh dan bosan juga dengan wambi Akhirnya Wambi saya jual. Dan saya membeli “ Muray Batu ” yang masih agak muda namun sudah ngoceh. ( tentang “ Muray Batu “ akan saya ceritakan dalam tema tersendiri dalam episode berikutnya ). Saat itu saya nggak punya jagoan sementara cucak ijo saya dalam keadaan lepas bulu ( mbrodhol bulunya ), saya berhenti lomba karena belum punya burung jagoan yang siap dilombakan. Namun saya hampir setiap hari habis magrib beli kroto, jangkrik dan makanan burung cucak ijo sambil silaturahmi dengan rekan-rekan burung, di kiosnya Mas Bejo sambil cari-cari burung lain. Sehingga burung peliharaan saya saat itu sampai berjumlah 10 ekor burung. Ada Cucak Ijo, Muray batu, Cendhet, Kanari, Anis merah, Anis Kembang, Jalak, dan sebagainya.

Sehingga kegiatan saya rutin hanya merawat /pemeliharaan saja. Kegiatan lomba-lomba berhenti kurang lebih selama enam bulan. Saya mengamati burung2 saya sepertinya “ Muray Batu “ yang bisa disiapkan sebagai jagoan.

Suatu ketika ada lomba bergengsi di Pekalongan setelah enam bulan tersebut, Mas Bejo bercerita kepada saya......begini : Pak Pri , Wambine njenengan sing disade rumiyen,.....kalawingi lomba teng Pekalongan angsal Juara 2 lo. (maksudnya : Pak Pri, ...Wambinya bapak yang dijual itu....kemarin lomba di Pekalongan dapat juara 2), saya menjawab : apa iya ndak mungkin mas jo...bertahun-tahun saya melihara dan saya lombakan nggak pernah bunyi sama sekali kok di dalam lomba...saya tetap nggak percaya. Namun Mas Bejo meneruskan bicaranya : benar pak ... bapak kalau nggak percaya mari bapak saya ajak ke rumahnya yang membeli (kebetulan rekan sesama penggemar burung di Tegal). Mangga, jawab saya. Di perjalanan mas Bejo sambil bicara : nanti dengarkan lagunya ya.....saya jawab: ya , memang saya hapal betul wambi itu karena hampir dua tahun saya pelihara. Sesampai dirumahnya, Wambi tersenut langsung moncer seolah paham terhadap tuannya dulu yang selalu memelihara. Ee...ee...ee ya...ya..mas saya baru percaya memang itu wambi yang saya jual waktu itu. Bisanya ya mas?.... ternyata rekan yang membeli lebih jeli dan lebih bisa menemukan karakter si burung Wambi. Saya tanya ... caranya bagaimana? Dia menjawab : Wambi itu ternyata di pancing dengan wadonan yang pas dan cocok. Artinya tidak sembarang wadonan. Pantes waktu di saya dulu sama sekali nggak bisa moncer, meskipun saya sudah membeli wadonan wambi. Akhirnya setelah ditemukan karakter si Wambi tersebut oleh rekan saya yang membeli, setiap lomba selalu masuk juara 1 atau 2. Disitulah letak “ Kegagalan saya bermain Wambi “. 
Silahkan berkunjung di http://maztanto82wambi.blogspot.com/

Read More......

Cucak Ijo dalam “ Grand Koalisi 2003 “

Cucak Ijo dalam “ Grand Koalisi 2003 “

Ok , setelah kita cerita tentang burung jalak yang mungkin hanya sekedar mengenal jenisnya, selanjutnya kembali lagi meneruskan pengalaman dalam menggeluti burung ocehan. Selanjutnya dengan bertambahnya teman-teman senior penggemar burung , mulai tertarik dengan burung ocehan yang dilombakan.

Pertama kali yang mengawali saya masuk ke burung ocehan adalah “ Burung Cocak Ijo “ tawaran dari Maz-Bejo. Dia berkata begini ...Pak, Cocak Ijo menika sae saestu njenengan openi mawon.. (maksudnya : Pak , Cocak ijo ini bagus banget...bapak pelihara aja), mangke saget dielokke lomba..(nanti bisa diikutkan lomba). Karena saya kepingin sekali bisa ikut lomba, cocak ijo saya beli dengan harga Rp. 300.000,- selanjutnya saya rawat dikasih makan, mandi jemur.

Disinilah awal saya mempelajari tata cara merawat dan mempersiapkan burung ocehan yang akan dilombakan. Boleh saya bilang kenikmatan dan seni tersendiri... karena saya harus uji coba terhadap pola makanan, mandinya dan jemurnya, sampai-sampai saya membuat tabel jadwal dan takaran makanannya, waktu jemur, serta jam-jam mandinya . waktu uji coba ini selama 2 minggu dengan pola yang rutin terus kita tes dalam latihan lomba lokal. Pola ini dicoba berulang-ulang dengan merubah-rubah pola makan burung,jemur dan mandi. Ketika kita sudah mendapatkan polanya yang pas dan mengetahui karakter burung cocok ijo tersebut berarti sudah siap burung itu untuk dilombakan tentunya kesiapan juga dipengaruhi dari kondisi kesehatan burung itu sendiri.

Lagi-lagi saya coba dalam latihan ternyata penampilan burung cocak ijo saya fit dan ocehannya keras istilah bagi penggemar burung “Ocehannya Tembus”, bulu di kepala megar dan sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Maz-Bejo bilang saat itu, sepertinya sudah siap untuk dilombakan dan bahkan dia bilang kayaknya masuk sepuluh besar.

Hari Minggu waktu itu ada lomba tingkat nasional di Purwahamba Indah (tempat dimana anak saya nangis minta burung yang saya ceritakan sebelumnya). Dengan uang Rp.100.000,- karena saya masih awam didaftarkan oleh Maz-Bejo dalam kelas bintang. Baru pertama kali saya mengikuti lomba burung ocehan aduhhh.....suasananya ramai dengan teriakan-teriakan sporter sampai-sampai saya nggak bisa menikmati apalagi mendengarkan Ocehannya. ( Tapi yang menjadi catatan saya “ Mengapa para jocky / sporter bisa berteriak ....yang no.23 tembus...lagunya lihat tu lagunya” ). Saya sangat heran mengapa kok nggak diam saja saat burung dilombakan. Disinilah saya mengenal lomba burung ocehan ternyata digolongkan masing masing jenis burungnya dan kelasnya. “Trayper” nama julukan Cucak Ijo yang pernah saya lombakan dalam Iven tingkat nasional di Purwahamba Indah.

Setelah lomba demi lomba masing-masing jenis burung , inilah saatnya cucak ijo dilombakan. Masuklah Maz-Bejo membawa cucak ijo saya dalam arena lomba untuk menggantangkannya. Seru memang saat itu karena iven ini diikuti dari berbagai daerah se jawa. Teriakan.....teriakan dari teman-teman Tegal Pak Juri no . 21. Suaranya tembuuus. Akhirnya, selesailah waktu yang ditentukan, Para Juri memutuskan cucak Ijo saya masuk juara V......... “ Alhamdulillah “.
“Cucak Ijo” . sepeti inilah yang pernah Juara Vdalam "Grand Koalisi 2003"

Selesailah sudah semua lomba jenis burung kurang lebih jam 16.00 wib. Selanjutnya menunggu doorprice / undian dari nomor-nomor yang dimasukkan didalam kotak. Begitu jatuh gilirannya undian no.21 keluar mendapatkan hadiah “ Culcas “ , saya terperanjak berdiri dan kaget begitulah reaksi saya saat itu....”Alhamdulillah ”... maz-Bejo yang disebut itu nomor saya, akhirnya diambilkan oleh Maz-Bejo. Di iven itulah saya mulai dikenal teman-teman Tegal (Ortega Bird Club).
Maz – Tanto82 .. silahkan buka http://maztanto82cucakijo.blogspot.com/

Read More......

4 ( empat ) Tahun Bergelut di Dunia " Burung Ocehan "

“ 4 (empat) Tahun Bergelut di Dunia Burung Ocehan “.

Berawal dari putra saya bungsu berumur 7 tahun kelas 1 SD yang menangis meminta burung pada saat pertemuan keluarga petugas ukur dalam rangka silaturahmi dan arisan di tempat wisata Purwahamba Indah di desa Purwahamba , kecamatan Suradadi kabupaten Tegal. Pada saat itu bertepatan dengan iven nasional lomba burung ocehan di tempat yang sama.

Karena si bungsu putra saya tidak berhenti tangisnya, di bujuk / rayu tidak juga bisa diam akhirnya saya tanya-tanya burung burung disitu. Tanya saya “pak burung menika dipun sade mboten (burung ini dijual tidak)”? bapak jawab mboten...(tidak), kebetulan disampingnya ada orang dengar pembicaraan saya dengan bapak lalu ikut nyaut ooo......wonten pak sebelah mrika (ada sebelah sana) memang ramai benar saat itu.

Saya dengan nggendong putra saya, diantar orang tadi ke orang yang punya burung. Kemudiam saya bertanya : dipun sade nggih mas (ijual ya bang)?...nggih (ya).., pinten(berapa)?.....dia jawab 2 juta saya terperanjak ha...dalam hati 2 juuta,..kok larang temen mas (kok mahal banget mas)?.....boleh tawar mas?... boleh tapi kurangnya sedikit pasnya dua kurang seperempat.....tambah bengong dan setengah malu...karena uang di dompet hanya ada lima ratus ribu rupiah....kemudian dengan rasa yang tidak mengenakan, dalam hati saya berkata, manuk kok larang temen(burung kok mahal banget) ...terus saya tanya orang2 penonton disekitar itu...dia jawab ya pak burung ocehan kangge lomba menika mahal (ya pak burung ocehan buat lomba itu mahal), bahkan kalau burung ocehan itu juara bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta....tambah bengong saya, maklum saya sama sekali tidak mengenal burung saat itu. Akhirnya saya urungkan niat beli burung disitu dan saya rayu putraku agar diam tangisnya...dik nanti beli di pasar burung aja ya? Adik ...manthuk (menganggukan) kepala.

Setelah diam saya melanjutkan pertemuan/arisan lagi dengan temen2. Setelah selesai arisan saya dengan memboncengkan ibu dan 2 anak langsung menuju ke pasar burung di kota Tegal. Kemudian putra saya menunjuk sepasang burung yang berwarna bagus yaitu ” Burung Parkit”. Saya tanya berapa pak sepasang burung ini ?....dia jawab Rp. 50.000,- ...terus saya tawar 30 ribu...terus dia jawab udah 40.ribu, saya keluarkan dompet terus saya bayar. Alhamdulillah ...saya lega, putra saya riang gembira. Sampai rumah jam menunjukkan pukul 14.30 wib. (Kejadian itu pada tahun 2002) baru2nya saya menempati rumah di Mejasem Barat. Sehabis sholat Ashar....saya masih terpikirkan harga burung yang di tempat lomba tadi. Waktu berjalan terus 1 minggu...2 minggu sehabis pulang kantor , ibu melaporkan burungnya lepas satu, dalam bulan itu juga seminggu kemudian burung yang tinggal satu mati.... putra saya tidak menangis lagi. Begitulah anak – anak cepat bosan dengan mainannya.

Tapi anehnya justru saya kok kepengin lagi membeli burung, yang saya beli waktu itu burung robin ....tambah lagi burung poksai....tambah lagi burung jalak ....karena selalu beli makanan burung di pasar akhirnya saya jadi kenal dengan Maz-Bejo di kiosnya yang menjual burung dan makanannya. Setelah berjalan waktu, keakraban dengan mas bejo bertambah kental. Setiap habis magrib saya beli makanan burung di kiosnya. Yang akhirnya banyak kenalan.
Mulailah saya sedikit-sedikit mengenal burung...paling tidak nama dan jenis burung setelah berkumpul dan kenal “Maz-bejo dan para penggemar burung ocehan”.
Burung Robin

Burung Robin : adalah spesies burung yang postur tubunya kecil dan bulunya mempunyai warna yang cantik. Robin termasuk burung lincah dan suka bernyanyi. Sayang, burung asal China ini mulai jarang dijumpai di pasar-pasar burung. Warna bulunya sangat menarik, yaitu hijau dan abu-abu, dengan sedikit warna merah di bagian sayap. Paruhnya berwarna merah, sehingga membuat penampilan fisiknya makin yahud. Ocehannya merdu dan ngerol. Ocehan inilah yang bisa digunakan untuk membedakan jantan dan betina. Ocehan jantan bervariasi, sedangkan betina hanya mempunyai satu nada. Pengamatan jenis kelamin secara fisik sulit dilakukan, karena hampir tidak ada perbedaan postur dan warna bulu. Memelihara burung robin relatif mudah. Pakan utamanya adalah voer. Serangga dan kroto bisa diberikan tiga hari sekali. Sedangkan buah pepaya bisa diberikan seminggu sekali. Saat itu tahun 2002 saya membelinya dengan harga Rp. 100.000,- di kiosnya “Maz-Bejo”. (lokasi kios tersebut di Pasar Burung kota Tegal).

Semakin terpikatnya saya terhadap burung, kemudian saya menambah lagi pemeliharaan saya membeli burung jenis lain. Karena sebagai pemula yang baru mengenal burung , saya selalu tanya nama burung – burung dengan “maz-Bejo” saya keliling-keliling di pasar burung akhirnya tertarik dengan burung yang namanya “ Burung Poksay”. Seperti apa ta...Poksay itu? Ketertarikan saya saat itu burung tersebut bisa menirukan suara kucing, dan sebagainya dan ocehannya / suaranya agak besar/ngebas.

“Burung Poksay” : burung ini berasal dari dataran China, postur tubuhnya besar dan warna bulunya hitam dan abu-abu dan makanya voer, buah pisang. Suara ocehannya merdu agak besar/ngebas bisa menirukan suara kucing, ayam. Biasanya ngoceh di pagi hari. Karena ocehan poksay ini monoton tidak banyak variasi dan terdengar hanya dipagi hari, pemeliharaan dan perawatan burung ini mudah hanya dikasih voer dan buah pisang atau pepaya. Tidak lama burung poksay saya pelihara berkisar 2 bulan membosankan akhirnya saya tukarkan dengan“ Burung jalak ” .
Semakin penasaran saya dalam dunia burung , saya selalu bertanya-tanya kepada Maz-Bejo karena merasa masih pemula , burung jalak yang menjadi pilihan saat itu dengan menambah uang Rp. 50.000,- tukar dengan Poksay. Burung jalak saya pelihara mudah perawatannya hanya pepaya dan voer yang dia sukai. Burung ini suka sekali dengan air sebentar-bentar tubuhnya diceburkan ke dalam bak berisi air (sukanya mandi). Suara ocehan burung ini sangat keras dan bisa menirukan suara / tertawanya orang. Sangat cerdas burung ini tapi sangat jorok dan banyak kotoran yang dibuangnya serta bau menyengat. sehingga membuatnya saya selalu membersihkan kotoran tersebut di dalam kandang. Kurungan yang digunakan awalnya dari bambu kemudian saya ganti dengan kurungan besi permanen yang tidak diangkat keluar masuk dan saya letakkan di depan rumah.

“Burung jalak” : adalah spesies burung pemakan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, sukanya mandi. Namun burung ini jorok sehingga menjadikan tuannya sering-sering membersihkan kandangnya. Suaranya lantang dan keras.

Jalak adalah nama sekelompok burung berkicau dari suku Sturnidae. Burung Jalak juga merupakan salah satu jenis burung yang banyak dipelihara oleh masayarakat. Burung Jalak umumnya berukuran sedang (sekitar 20-25 cm), gagah, dengan paruh yang kuat, tajam dan lurus. Berkaki panjang sebanding dengan tubuhnya. Bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya. Di alam, burung ini kebanyakan bersarang di lubang-lubang pohon. Terdapat sekitar 25 spesies jalak dan kerabat dekatnya, yaitu perling beo, di seluruh Indonesia. Beberapa jenis jalak yang sering dipelihara orang di antaranya adalah burung jalak bali, burung jalak uren, burung jalak penyu, burung jalak phyto, burung jalak putih, burung jalak kerbau dan lain-lain. Burung jalak, diantaranya jalak uren atau jalak suren saat ini semakin langka dijumpai di alam bebas. Jalak penyu itulah yang saya pelihara saat itu.

Disamping itu adalah “ Jalak Suren” : Jenis burung ini semakin langka jarang ditemui oleh karena itu burung tersebut dilindungi oleh pemerintah . Saat ini banyak para peternak yang membudidayakan jalak suren ini. Di daerah Klaten kita bisa mendapatkan peternak burung jalak suren ini. Konon sepasang jalak ini (piyikan) harganya bisa mencapi jutaan rupih. “ Jalak Bali “ : Burung jalak bali ini banyak ditemukan di Bali, semakin langka populasi jalak bali sehingga sangat sedikit pula orang/masyarakat yang memelihara burung jalak bali ini.


Maztanto82/mazPrie82 dalam cerita pengalaman.
http://maztanto82burocehan.blogspot.com/

Read More......

Slide Muray Batuku

Ternak Kenari

Indahnya Beternak Kenari

Oleh : Sofyan

Beternak kenari ketika dilakukan dengan sepenuh hati bisa menjadikan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan. Peternak kenari bisa diibaratkan seorang seniman lukis…. Pelukis sebelum membuat sebuah lukisan akan memikirkan komposisi warna maupun penempatan objek yang akan dilukis, demikian dengan peternak kenari sebelum menjodohkan kenari dia harus memikirkan dulu kenari seperti apa yang ingin dihasilkan. Apakah ingin menghasilkan kenari tinggi semampai seperti Luna Maya (maaf saya menggunakan contoh Luna Maya karena artis ini sedang ramai dibicarakan biar gampang bayanginnya hehe…) , ingin menghasilakan kenari unik dengan badan membulat seperti gloster atau ingin menghasilkan kenari walik (bulu terbalik/frill). Sekarang saya coba ulas satu-satu faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam beternak .. Selengkapnya

Tips Ternak Kenari

Tips Ternak Kenari Bagi Pemula

Banyak email maupun sms yang minta dibahas mengenai proses ternak kenari dari awal sampai akhir. Disini Saya mencoba membahas mengenai ternak kenari dari awal penjodohan sampai pembesaran anak kenari dengan sangat gambang dan sangat mendasar. Mungkin bagi senior-senior akan menjenuhkan tetapi saya piker akan sangat bermanfaat bagi pemula.

Dalam beternak kenari ada beberapa factor yang harus diperhatikan yaitu usia kenari, jenis kelamin, sarana penunjang ternak dan ilmu tentang ternak.

Usia Kenari

Usia menjadi factor penentu berhasil atau tidaknya dalam beternak kenari, usia yang terbaik dalam beternak adalah jangan terlalu muda atau jangan terlalu tua. Kenari siap ternak minimal 6 bulan untuk kenari betina dan 8 bulan untuk kenari jantan, tetapi untuk kenari besar seperti Yorkshire dan turunannya sedikit lambat birahi minimal usia 1 tahun.

Jenis kelamin

Anda sebagai peternak harus menguasai ciri-ciri kenari jantan atau betina, dalam menentukan jenis kelamin kenari cukup sulit bagi pemula tetapi bagi hobis senior sangat mudah menentukannya mereka cukup melihat dari postur tubuh kenari walaupun dalam kasus tertentu Kadang-kadang ada kenari yang sangat sulit ditentukan jenis kelaminnya. Adapun cirinya yaitu : Silahkan baca disini

Lintang Songo

Lintang Songo BF mendapat ijin penangkaran dan komersial Jalak Bali

28 Maret 2010

Setelah melalui usaha yang panjang, akhirnya Lintang Songo Bird Farm milik teman Om Kicau, Ir. Samino, Solo, secara resmi mendapat ijin untuk menangkarkan dan mengedarkan (usaha komersial) jalak bali atau Leucopsar rothschildi.

Pada saat ini UD Lintang Songo telah mengantungi ijin penangkaran dari Balai Konservasi Sumber Data Alam (BKSDA) dengan SK.32/IV.K13/PKHM/2010 Tanggal 8 Februari 2010.
Beralamat di Jalan Mulwo No. 16 RT 02 RW 09 Karangasem, Laweyan Solo, Lintang Songo BF mengawali sukses penangkaran sejak pertengahan dekade 1990, dengan berbagai jenis burung, antara lain anis kembang, kacer, murai batu, jalak suren, jalak putih, cucakrowo dan cucak ijo.

Karena ingin berkonsentrasi agar mencapai hasil terbaik untuk penangkaran maupun burung hasil tangkarannya, Lintang Songo BF saat ini membatasi diri menangkarkan secara intensif burung cucakrowo dan jalak bali.

Lintang Songo merintis usaha penangkaran dimulai dari tahun 1998 dengan jenis satwa jalak uren dan tahun 2006 UD. Lintang Songo mendatangkan/membeli anakan jalak bali dari penangkaran UD Star Jaya Surakarta dan PD Maju Terus Bandung.yang diperuntukan sebagai Indukan Penangkaran.

Menurut Mas Samino, dorongan mengusahakan penangkaran satwa jenis jalak bali dari hasil penangkaran adalah membantu Pemerintah dalam upaya konservasi jenis dan mengembangbiakan jenis satwa langka yang terancam bahaya kepunahan. “Selain itu, satwa jalak bali memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi serta prospek kedepan yang menjanjikan,” kata dia.

Dia berharap pada tahun-tahun mendatang, dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan jenis satwa yang dilindungi melalui penangkaran, jalak bali dapat berkembang di mana-mana dengan pesat. “Selain tidak akan mengganggu keberadaan satwa alam di habitatnya, harga jalak bali tidak mahal lagi sehingga dapat dimiliki oleh banyak orang dari hasil penangkaran,” tegasnya.

Anda berminat? Ya silakan saja kunjungi website Mas Samino di Lintang Songo.Com.

Merawat Anis Merah

Cara Merawat Anis Merah

Burung Anis Merah adalah salah satu burung primadona yang sangat banyak penggemarnya. Merawat burung Anis Merah sebenarnya cukup mudah, apabila kita telah mengetahui dan memahami karakter-karakter dasar dari burung tersebut.

KARAKTER DASAR BURUNG ANIS MERAH

1. Sangat sensitif dan butuh waktu untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan. Perlakuan yang kasar, perubahan ornamen pada kandang dan perubahan suasana lingkungan yang drastis, akan membuat burung Anis Merah dapat menjadi stress.

2. Pembosan dan selalu butuh suasana baru. Apabila berada di satu tempat dengan waktu yang relatif lama, maka burung ini menjadi malas untuk berkicau lagi. Cobalah secara berkala selalu memindahkan tempat gantangannya. Misalnya: Selama ini digantang di depan rumah, kemudian digantang di samping rumah. Ini merupakan salah satu misteri pada burung tersebut.

3. Birahi yang cenderung mudah naik. Burung Anis Merah sangat mudah naik birahinya, banyak penyebab yang dapat membuat naiknya birahi pada burung jenis ini. Stelan EF (Extra Fooding) yang berlebihan (over), penjemuran yang berlebih dan melihat burung Anis Merah lain, dapat dengan cepat menaikkan tingkat birahinya. Selengkapnya baca disini


Page View Histats

Site info Alexa

Nggowes yoo

Gopries82 Galery

Blog Archive

 

Copyright © 2009 by CaritaPeksiOcehan

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger